-
Wilayah Jakarta dan sekitarnya sejak masa Kerajaan Salakanagara telah menjadi pusat perniagaan strategis. Masyarakat pesisir menjalin perdagangan dengan bangsa luar, terbukti dengan utusan ke Cina tahun 432 M. Penemuan artefak di Bekasi dan sekitarnya menunjukkan kebudayaan Betawi berkembang sebelum pengaruh Melayu abad ke-10.
-
Pengaruh Tarumanagara mulai masuk. Raja membangun bendungan untuk irigasi, memperkenalkan persawahan menetap. Sunda Kelapa termasuk wilayahnya. Penduduk Betawi diperkirakan 100.000 jiwa, menandakan komunitas besar dengan identitas budaya yang semakin terbentuk.
-
Tarumanagara ditaklukkan Sriwijaya. Fokus ekonomi kembali ke perdagangan maritim. Bahasa Melayu menyebar menggantikan Kawi sebagai lingua franca, awalnya di pesisir lalu ke pedalaman. Terjadi asimilasi budaya melalui perdagangan dan perkawinan campur.
-
Sunda Kelapa direbut Fatahillah pada 22 Juni 1527, lalu berganti nama menjadi Jayakarta. Pajajaran runtuh, Portugis diusir. Akulturasi terjadi, termasuk lahirnya musik Keroncong Tugu dari perkawinan campur penduduk lokal dengan keturunan Portugis.
-
VOC merebut Jayakarta tahun 1619, menggantinya menjadi Batavia. Kota tumbuh sebagai pusat perdagangan internasional, menarik pendatang dari Tionghoa, Arab, India, Bugis, Bali, dan lain-lain. Perpaduan etnis ini menjadi fondasi terbentuknya masyarakat Betawi multikultural.
-
Dalam sensus kolonial Hindia Belanda, untuk pertama kali muncul kategori resmi “Orang Betawi.” Mereka menempati kampung-kampung Batavia, membentuk bahasa Betawi dan melestarikan seni khas seperti lenong, tanjidor, dan gambang kromong. Identitas etnis semakin jelas.
-
Didirikan organisasi pemuda untuk menegaskan eksistensi budaya Betawi. Mereka aktif mempromosikan seni, bahasa, dan tradisi, sekaligus terlibat dalam pergerakan nasional. Momen ini menjadi awal kesadaran kolektif bahwa Betawi adalah identitas etnis tersendiri.
-
Jakarta jadi ibu kota Indonesia. Arus migrasi besar membuat penduduk Betawi berangsur menjadi minoritas. Mereka menghadapi persaingan sosial dan ekonomi, sekaligus tantangan menjaga tradisi agar tidak hilang di tengah pembangunan dan modernisasi kota.
-
Masyarakat Betawi beradaptasi dengan globalisasi sambil melestarikan budaya. Festival, museum, dan kuliner khas menjaga identitas tetap hidup. Generasi muda turut berperan lewat seni, komunitas, dan media. Betawi kini dikenal sebagai penjaga warisan budaya Jakarta.