-
Pada abad ke-4 hingga 7 M, wilayah Jakarta masuk dalam kekuasaan Kerajaan Tarumanegara yang dipimpin Raja Purnawarman. Bukti keberadaannya terlihat pada Prasasti Tugu di Jakarta Utara yang menceritakan penggalian sungai untuk mencegah banjir. Saat itu, pesisir utara Jawa sudah menjadi pusat perdagangan, membuat Jakarta sejak awal berkembang sebagai wilayah kosmopolitan dengan pengaruh kuat agama Hindu.
-
Pada abad ke-13, wilayah Jakarta dikenal sebagai Sunda Kelapa, pelabuhan utama Kerajaan Sunda. Letaknya strategis sehingga ramai perdagangan dengan pedagang dari India, Tiongkok, dan Arab. Saat itu, Sunda Kelapa menjadi pusat perdagangan rempah dan hasil bumi yang penting di Nusantara.
-
Tahun 1527, Fatahillah dari Kesultanan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dari Portugis. Setelah kemenangan itu, namanya diganti menjadi Jayakarta, yang berarti "kemenangan sempurna". Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Portugis di pelabuhan tersebut dan awal pengaruh Islam yang lebih kuat di wilayah Jakarta.
-
Tahun 1619, VOC Belanda di bawah Jan Pieterszoon Coen menyerang dan menghancurkan Jayakarta. Di atas reruntuhannya, Belanda mendirikan kota baru bernama Batavia, yang kemudian menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan VOC di Asia. Peristiwa ini menjadi awal mula kekuasaan Belanda yang panjang di wilayah Jakarta.
-
Tahun 1740 terjadi peristiwa Geger Pecinan di Batavia, yaitu pembantaian besar-besaran terhadap etnis Tionghoa oleh VOC Belanda. Ribuan orang Tionghoa tewas, sementara yang selamat banyak yang melarikan diri ke daerah sekitar Batavia. Peristiwa ini mempercepat terjadinya percampuran budaya antara Tionghoa dengan masyarakat lokal, yang kemudian ikut membentuk identitas Betawi.
-
Pada abad ke-18 hingga 19, Batavia berkembang menjadi kota kosmopolitan di bawah kekuasaan Belanda. Berbagai etnis seperti Jawa, Sunda, Bali, Bugis, Arab, Tionghoa, hingga Belanda bercampur dengan penduduk lokal. Dari percampuran inilah lahir identitas baru yaitu orang Betawi, dengan bahasa, seni, dan tradisi khas seperti ondel-ondel, lenong, tanjidor, dan gambang kromong. Masa ini menjadi fondasi kuat terbentuknya budaya Betawi yang kita kenal sekarang.
-
Tahun 1945, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Jakarta ditetapkan sebagai ibu kota Republik Indonesia. Bagi masyarakat Betawi, hal ini menjadi kebanggaan karena tanah kelahirannya resmi menjadi pusat pemerintahan negara. Budaya Betawi pun semakin dipandang sebagai identitas lokal yang melekat pada ibu kota baru.
-
Pada tahun 1970–1990-an, budaya Betawi mulai diangkat sebagai identitas resmi Jakarta. Pemerintah DKI mengadakan Festival Betawi, menampilkan kesenian seperti ondel-ondel, lenong, dan tanjidor. Dibangun pula kawasan budaya seperti Taman Mini Indonesia Indah dan Setu Babakan sebagai pusat pelestarian. Masa ini menjadi tonggak penting pengenalan dan pelestarian budaya Betawi kepada masyarakat luas.
-
Awal 1900-an, masyarakat Betawi mulai aktif dalam pergerakan nasional. Salah satu tokoh pentingnya adalah Mohammad Husni Thamrin, yang memperjuangkan hak-hak rakyat pribumi melalui Volksraad (Dewan Rakyat) pada masa kolonial Belanda. Di masa ini, identitas Betawi semakin menonjol sebagai bagian dari perjuangan bangsa menuju kemerdekaan Indonesia.
-
Pada abad ke-21, budaya Betawi makin dilestarikan lewat Setu Babakan dan Festival Betawi. Tahun 2017, ondel-ondel ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia, menegaskan Betawi sebagai identitas asli Jakarta.